Struktur Organisasi
Dale mengatakan struktur itu adalah makanisme organisasi.Pada
struktur itulah ditentukan apa yang harus dikerjakan oleh setiap personalia
organisasi dan di sini pula akan Nampak pekerjaan-pekerjaan mana yang bisa
digabungkan di bawah satu ketua. Sedangkan proses penentuan struktur itu
disebut dengan istilah mengorganisasi. Jadi salah satu fungsi atau tugas manajemen adalah mengorganisasi.
Sementara itu Johnson menyatakan struktur dengan kalimat
yang sangat sederhana yaitu hubungan beberapa fungsi/aktifitas dalam suatu
arganisasi. Jadi Johnson menekankan hubungan beberapa pekerjaan,
pekerjan-pekerjaan yang berhubungan ini ada kesamaannya dengan pembentukan
unit-unit kerja pada uraian di atas.
Robbins berpendapat bahwa struktur organisasi adalah
tugas-tugas yang diterima oleh setiap personalia, dengan siapa mereka bekerja
sama, dengan siapa mereka mengendalikan interaksi, dan kepada siapa mereka
melaporkan hasil kerjanya.[1]
Hubungan kerja di sini sudah lebih jelas yaitu berupa kerja sama, interaksi,
dan melapor. Kerjasama akan terjadi terutama dengan para personalia dalam satu
sub kerja, sebab isi atau sifat pekerjaan mereka hamper sama. Interaksi akan terjadi secara vertical dan horizontal
terutama terhadap sub unit kerja yang lain. Dan melapor pada umumnya dilakukan
terhadap atasan.
Dengan demikian struktur organisasi adalah mekanisme
kerja organisasi itu yang menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugas-tugas
individu di dalamnya beserta kerja samanya dengan individi-individu lain. Dan
hubungan antara unit-unit kerja itu baik secara vertical maupun horizontal.
Struktur organisasi itu sesungguhnya teratur menurut
sistematika tertentu. Jenis tugas dan kaitan yang banyak dan begitu kompleks dapat disederhanakan
dengan cara membanding-bandingkannya satu dengan yang lain. Kemudian bagi yang
relative sama dijadikan satu bentuk unit kerja tertentu. Begitu pula
jenis-jenis tugas yang ada dalam unit kerja ini di kelompok-kelompokkan menurut
kesamaannya dan dibentuk menjadi sub unit. Dan akhirnya tugas-tugas yang ada
dalam sub unit ini disesuaikan dengan kompetensi para personalia dalam sub
unit. Kerangka struktur ini yang sudah sistematis dan resmi dipakai dalam
organisasi itu disebut struktur formal. Dan karena struktur ini terbentuk merupakan suatu hirarkhi yang menyempit ke
atassebagai suatu pengendaliannya, maka ia bersifat sentralisasi.
Pengertian Budaya Organisasi
Budaya berasal dari bahasa latin “ Colere “ yang artinya
mengolah atau mengerjakan, kemudian dalam bahasa inggris disebut “Culture” yang
artinya cara atau pola hidup masyarakat
Secara Terminologis budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya,
cipta, karya, karsa, pikiran dan adat
istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai
suatu perilaku yang beradab
·
Menurut (Owens
1991). Budaya organisasi mengacu pada norma perilaku, asumsi, dan keyakinan
dari suatu organisasi.
·
Sonhadji (1991) menyatakan bahwa budaya
organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan
persepsi, nilai dan keyakinan terhada organisasi.
·
Gibson Ivanichevich
dan Donelly menyatakan bahwa budaya organisasi adalah kepribadian organisasi
yang mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi.
·
Menurut creemers
dan Reynold(1993) budaya organisasi adalah keseluruhan norma,nilai keyakinan
dan asumsi yang dimiliki oleh anggota didalam organisasi
Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berkenaan dengan
keyakinan, asumsi, nilai-nilai,perilaku,ideologi, sikap,kebiasaan, dan
harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi [2].
Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaittu
seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif lama
berlakunya,dianut bersama oleh para anggota organisasi sebagai norma perilaku
dlaam menyelesaikan masalah- masalah organisasi.
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang
tidak tampak,yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk
melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang didalam suatu
organisasi mempelajari budaya yang berlaku didalam organisasinya. Apalagi bila
ia sebagai orang baru supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat bekerja, ia
berusaha mempelajari apa yang dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik
dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah, dan apa yang harus
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan didalam organisasi tempat bekerja itu.
Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap
perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan sebagaimana yang dikatakan oleh
Deal & Kennedy(1982),Miner (1990) ,Robbins (1990) karena menimbulkan antara
lain sebagai berikut:[3]
1.
Nilai-nilai kunci
yang saling menjalin,tersosialisasikan, menginternalisasi,menjiwai pada para
anggota dan merupakan kekuatan yang tidak tampak.
2.
Perilaku-perilaku
karyawan secara tidak disadari terkendali dan terkoordinasi oleh kekuatan yang
informal atau tidak tampak.
3.
Para anggota merasa
komit dan loyal pada organisasi
4.
Adanya musyawarah
dan kebersamaan atau kesertaan dalam hal-hal yang berarti sebagai bentuk
partisipasi,pengakuan, dan penghormatan terhadap karyawan.
5.
Semua kegiatan
berorientasi atau diarahkan kepada misi atau tujuan organisasi.
6.
Para karyawan
merasa senang, karena diakui dan dihargai martabat dan kosntribusinya,yang
sangat rewarding.
7.
Adanya
koordinasi,integrasi dan konsistensi yang menstabilkan kegiatan-kegiatan
perusahaan.
8.
Budaya berpengaruh
terhadap perilaku individual maupun kelompok.
Comments
Post a Comment